"Menyajikan Pangan Lokal Sebagai Menu Spesial”
Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (HMTP) Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA) Banten punya hajatan besar di Hari Pangan Sedunia, pada Sabtu 16 Oktober 2021 lalu. Yaitu, lomba bagi siswa SMA sederajat untuk meracik makanan yang berbahan baku dasar pangan lokal. Begini keseruannya!
DAN HUDAYA – Pandeglang
Pangan lokal di era digital ini terdengar sendu, dilirik asing, bahkan terbayang “kampungan”. Ketika disebutkan nama pangan lokal tertentu, misalnya, tidak ada gegap gempita untuk menyukai atau bahkan memburunya. Karena memang tidak terbayang daya tariknya. Ini wajar terjadi. Pangan lokal selama ini belum banyak yang meraciknya menjadi menu yang menarik.
Padahal, banyak sekali potensi pangan lokal yang ada di sekitar kita. Sebut saja misalnya singkong, ubi jalar, pisang, ganyol, umbi uwi, kumbili, sukun, hanjeli, labu, sorgum, gadung, porang, talas, dan lain sebagainya. Namun, nama-nama tersebut dikenal hanya oleh ibu atau nenek kita. Sementara di kalangan remaja bahkan mahasiswa hanya sebagian yang dikenal. Kalaupun mengenal, belum tentu mau mengonsumsinya, betul kan? Padahal, kandungan nutrisi pangan lokal sangat baik.
Banyak hasil penelitian yang menyebutkan tentang lengkapnya nutrisi tersebut. Bukan hanya terkandung karbohidrat, namun protein, mineral, dan vitamin pun lengkap adanya. Secara ekonomi, andai saja pangan lokal ini disukai banyak kalangan, termasuk warga perkotaan, tentu akan menggerakkan roda ekonomi desa yang akan menanam pangan lokal itu secara masif. Dahsyat kan?
Nah, tampaknya mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan yang berhimpun dalam HMTP UNMA Banten ini memiliki idealisme untuk kembali mengangkat nama pangan lokal. Pangan yang memiliki potensi besar, baik secara kesehatan, ekonomi, bahkan politik. Mereka mengundang sejumlah siswa dari SMA sederajat se-Pandeglang untuk beradu resep pangan lokal. Harapannya bisa menjadi gagasan ke depan dalam pengembangan pangan lokal.
“Pangan bisa disebut komoditas politik. Tak terpenuhi, maka pemerintah bisa runtuh. Selama ini pangan selalu identik dengan beras. Padahal, banyak pangan lokal yang bisa menggantikan peran beras. Kreativitas ini perlu dirangsang sejak dini, salah satunya dengan acara ini,” kata Ketua Program Studi Teknologi Pangan UNMA Banten M. Fariz Fadillah, M.TP saat sambutan.
Dekan Fakultas Teknologi dan Informatika UNMA Banten Susilawati, M.Kom memiliki ekspektasi tersendiri dengan acara Peringatan Hari Pangan Sedunia ini. Ia menuturkan, “Momen ini selain memperkenalkan Prodi Teknologi Pangan, juga semoga menjadi sarana untuk membina diri menjadi pengusaha di bidang kuliner.” Ditambahkan, inovasi produk pangan sangat luas. Bukan hanya soal rasa lezat, tapi juga nilai gizi, kemasan yang menarik, serta pemasaran yang sesuai dengan teknologi saat ini. “Mudah-mudahan siswa yang hadir saat ini, ke depan bisa bergabung bersama kami. Salam untuk orangtua dan para guru di sekolah,” tutup Susilawati setelah membuka acara.
Aneka Menu Menarik
Sebanyak 12 tim ambil bagian dari perlombaan ini. Temanya, “Pemberdayaan Pangan Lokal Menuju Banten Mandiri Untuk Asupan Pangan Sehat, Imunitas Tubuh Kuat”. Sumber pangan lokal yang disajikan peserta ada talas beneng, singkong, jagung, ubi jalar, serta kolang-kaling. Setiap peserta mempresentasikan bagaimana olahan pangan itu dibuat, disajikan, dan kandungan nutrisinya seperti apa. Terdiri dari tiga orang setiap grup, selama 15 menit mereka berjibaku.
Komentar juri pun berdatangan. Umumnya apresiasi. Namun, ada juga kritik dan saran. “Kerupuknya keras. Ini karena tidak menggunakan tapioka. Tepung talas dan terigunya terlalu banyak. Harusnya diuji dulu berapa kadar tepung yang pas untuk ditambahkan ke adonan,” ujar juri Eko Yuniarsih, MP saat menguji Kerupuk Cangkaleng dari SMK Al Hikmah.
“Seger ini. Pedas dan ada asemnya. Tampaknya ini sup sehat ya. Tidak pakai daging, tapi pakai singkong. Ada daun kelornya,” juri Susilawati, M.Kom mengmentari Sup Singkong Moringa.
“Wah sayang, pangan lokalnya tidak masuk. Jagung manis ini bisa diganti dengan labu kuning. Kan di Patia banyak,” kritis juri Imam Sidqi saat berkomentar hasil olahan puding karya SMK TI Darussyifa Patia.
“Gula aren cair banyak disukai pecinta kopi saat ini. Namun, kita bisa berinovasi langsung dengan adanya campuran kopi, jahe, atau aroma lain yang disukai pasar. Jika hanya menyajikan seperti ini, inovasinya tidak ada,” kata juri Fariz Fadillah berkomentar produk gula aren cari dari SMKN 12 Pandeglang.
Banyak komentar lain yang cukup menggugah dan menyadarkan bahwa aneka pangan lokal bisa diolah dengan konsep berbeda. Bisa pengganti karbohidrat, penambah vitamin, pewarna alami, minuman penyegar dan lain-lain. Hal ini juga sebagai sandaran bagi semua pihak, jika selama ini masih memandang marginal pangan lokal maka hal itu keliru. Segera ubah mindset, bahwa pangan lokal bisa menjadi potensi alternatif. Terbuka besar peluang. Tinggal pertanyaannya, mau atau tidak?!
O ya, diucapkan selamat kepada pemenang lomba, yaitu Juara 1 diraih SMAN 15 Pandeglang, Juara 2 SMKN 2 Pandeglang, dan Juara 3 SMAN 5 Pandeglang. Bagi peserta lainnya, tetap berkarya dan terus jadikan pangan lokal sebagai menu yang HEBAT dan BERKUALITAS! (*)